Para pria Taiwan ramai-ramai "turun" ke Jakarta mencari perempuan "Cina Benteng" untuk diperistri. Dengan melibatkan molang (perantara) kedua negara, mereka hanya perlu menyediakan Rp 5 juta untuk menggaet gadis idaman dalam sebuah proses lamaran (sangjitan) yang ringkas. Kemelaratan menahun dan pendidikan yang terbatas membuat para gadis Kampung Belakang, Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, ini lebih memilih jalan pintas. Ada yang mujur, banyak yang malang. Wartawati Tempo, Istiqomatul Hayati, melacak praktek ini sejak dari tempat tinggal para gadis itu di Kampung Belakang hingga Taiwan.
Foto pengantin itu terasa ganjil. Seorang pria paruh baya bersandingkan gadis belia yang dipoles riasan tebal. Pria bernama Ahian tersebut tampak berusaha terlihat mesra. Sedangkan si gadis hanya tersenyum datar. Bedak dan gincu tak kuasa menyembunyikan kemudaannya.
"Saat itu saya baru 13 tahun," ujar Keke, si gadis dalam potret itu. Sedangkan Ahian, pria Taiwan, sudah 50 tahun-lebih tua dari ayah Keke. Pernikahan itu bukan sekadar pose kosong. Sebe
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.