Pulangnya Sang Penyair Senja
Wajah sunyi setengah tengadah Menangkap sepi padang senja Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
SENJA, tampaknya, punya kesan khusus bagi Toto Sudarto Bachtiar. Seperti ketika ia, dengan sangat lembut, menulis larik-larik Ibukota Senja, yang sangat terkenal pada 1957-1958, bahkan jauh setelah 1960-an—dan sempat dianggap sebagai ”ikon” Jakarta.
Tetapi, Selasa dua pekan lalu, ketika ia harus pergi untuk selama-lamanya, penyair
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini