BANJIR!
Siklus maut itu datang lima tahun sekali, membenamkan Jakarta dalam gelombang air bah. Air menggelegak di segala penjuru, menjadikan wajah Ibukota remuk-redam seperti petarung yang kalah pagi-pagi. Dari dalam pusaran, manusia bertempur melawan maut. Mereka memeluk ban, menggapai tepi perahu karet, atau sekadar melata di atas batang-batang pisang. Hingga Sabtu lalu, 10 orang tewas, 15 stasiun kereta api terendam, 70 ribu sambungan telpon p
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini