Balada Lima Kalajengking
Ke mana-mana dia selalu mengenakan baret. Dia tentu saja bukan seniman eksistensialis yang hidup bagai kupu-kupu: hinggap dari satu kafe ke kafe lain, membahas topik melelahkan yang tak kunjung tuntaskesendirian, keterasingan manusia.
Sebagai bagian dari generasi baby boom yang mengalami masa remaja pada era 1960-1970-an, dia sadar akan dua hal: politik, juga manisnya dunia komersial. Kita mungkin ingat sebuah karyanya yang istimewa,
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini