SEABAD SUDJOJONO
Pertempuran Penghabisan tanpa Darah
Tempo menelusuri kenangan dan cerita dari orang-orang di sekitar Sudjojono bagaimana lukisan itu dibuat, dari gagasan, persiapan, hingga tujuh bulan masa pembuatannya. Yang menarik, meski lukisan pertempuran itu riuh gerak—sabet-menyabet pedang dan keris, asap kobaran api, serdadu-serdadu yang bergelimpangan, dan kuda-kuda meringkik—semua itu oleh Sudjojono dilukis tanpa penggambaran setetes pun darah muncrat.
Sudjojono sedari awal memang tidak bisa dilepaskan dengan perjuangan. Ia banyak melukis tema perang dan kepahlawanan. Termasuk beberapa lukisan potret pahlawan pesanan Presiden Sukarno yang kini disimpan di Istana Negara, yang jarang diketahui orang.
Maret 1973. Rose Pandanwangi, 82 tahun, masih teringat betapa bahagia suaminya, Sindudarsono Sudjojono, tahun itu mendapat pesanan membuat lukisan dari Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Lukisan itu menggambarkan suasana penyerangan Sultan Agung ke Batavia pada 1628 dan 1629.
Rencananya, lukisan dipajang di dinding Gedung Stadhuis, gedung bekas Balai Kota Belanda (kini Museum Sejarah Jakarta), yang terbakar saat Sultan Agung menyerang Kastil Bat
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini