Antara Hajar Aswad dan Marcel Duchamp
SUATU sore di pengujung Juli. Seorang pemuda berkemeja dan bercelana jins dengan tas punggung melangkah ke Gedung A Galeri Nasional Jakarta. Di pintu masuk, dia tertegun sejenak. Banyak sandal berserak di depan pintu kaca itu. Dia lantas membuka sepatunya dan masuk dengan hanya berkaus kaki.
Pemuda itu melihat beberapa lukisan yang dipajang di ruang lobi gedung, yang menjadi bagian dari Pameran Seni Rupa Kontemporer Islami Indonesia ”Bayang”
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini