Kisah Seorang’Max Havelaar’ Arsitek
Oleh pemerintah Hindia Belanda ia dianggap angry young man karena keberpihakannya pada orang bumiputra. Ia ingin melihat Indonesia merdeka. Sayang, harapannya tak tercapai. Ketika Jepang masuk, ia ditawan dan mati secara tragis di kamp interniran di Cimahi.
Laki-laki asal Belanda itu diam mematung di depan pintu gerbang Pasar Gede Harjonagara, Solo. Dia seperti mencari sesuatu di antara tembok-tembok yang bercat kuning gading. Penampilannya necis, membuat para pedagang heran. Dia pun sesekali tersenyum kepada mbok-mbok penjual.
Mata cokelatnya menyiratkan ada sesuatu kala memandang bangunan itu. Mungkin rasa bangga. Charles Karsten, 40 tahun, laki-laki itu, Sabtu pertengahan Januari lalu, sedang m
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini