Musik Benyamin juga merupakan rekaman keadaan sehari-hari orang Betawi dengan setting gang-gang kecil di metropolitan, kampung-kampung lama yang rapat penduduk. Ia bicara tentang dua tetangga berselisih, pertengkaran antara tukang kredit dan seorang ibu, bahkan tentang kuntilanak yang menampakkan diri. Mulanya ia dicap kampungan, tapi sekarang, 10 tahun setelah kematiannya, anak-anak muda, kalangan yang tak pernah bersentuhan langsung dengannya, memajang wajahnya di dada baju kaus mereka.
Entah sudah berapa ribu kali si Badut mati. Tapi lagu itu bercerita tentang suatu fragmen di hari Jumat Kliwon, manakala si penyanyi siap-siap memandikan burung kesayangannya. Si Badut, perkutut itu, burung peninggalan Majapahit, berhak mendapat perlakuan istimewakita mendengar suara bariton si penyanyi menyusun argumen. Tapi istrinya ogah mengerti, seraya tak melihat jalan lain buat si Badut kecuali dua: dibiarkan bebas, atau disembeli
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.