Jangan Kami Ditinggalkan...
Senin, 4 April 2005

NIAS, 40 jam setelah gempa. Malam hampir jatuh ketika kami, saya dan beberapa wartawan lain yang menumpang pesawat ringan CASA, mendarat di pulau ini. Gelap perlahan-lahan menampakkan kuasa. Tak ada aliran listrik, tak tersedia pula lampu petromaks. Hanya kelap-kelip lilin dan lampu minyak yang muncul di beberapa sudut. Gunung Sitoli, ibu kota Kabupaten Nias, menjadi kota mati seperti dalam komik-komik. Angker, gahar, tapi murung.
Bagi saya
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini