Trauma yang Bergerak Lincah antara Lirisisme dan Narativisme
Puisi-puisi Deddy Arsya mengeksplorasi trauma sejarah masyarakat Minangkabau. Deddy mampu bergerak rileks antara masa silam dan masa kini. Ia mampu menguraikan kisah dengan ungkapan-ungkapan padat serta merinci peristiwa dengan citraan-citraan menarik. Ia juga mampu mengolah pengaruh penyair sebelumnya dan menemukan yang khas miliknya.
PUISI Indonesia sepanjang 2019—terlebih yang telah dibukukan—belum beranjak jauh dari puisi Indonesia tahun-tahun sebelumnya. Banyak penyair masih mengolah bentuk-bentuk yang telanjur mapan, yang memang belum kehilangan pesona. Puisi lirik, misalnya. Sejumlah penyair menggarap puisi-prosa atau puisi naratif atau yang serupa haiku atau yang sekadar jungkir-balik dalam keruwetan metafora. Beberapa dari mereka mengolah kembali bentu
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini