Sebuah Tanda Belum Beradab
PETANG yang riang itu mendadak berubah murung bagi Suhendra. Hatinya remuk mendengar sekelompok bocah te-tangganya memanggil-manggil anak semata-wayangnya ”Gagu, gagu!” sembari tertawa riang.
Putranya Rian, 9 tahun, memang tak mampu berkata-kata seperti anak normal seusianya. Namun, Suhendra sadar ia tak pantas marah pada bocah-bocah itu. Yang bisa dilakukannya sebatas memberi pengertian. ”Ja-ngan panggil gagu,” katanya memohon. ”Dia
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini