maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Sedekah dan zakat: tak bernilai bila belum puasa dan zakat?

Komentar kuliah subuh agama Islam tentang sedekah zakat di televisi pendidikan indonesia. dalam surat al baqarah ayat 62 dan 148 disebutkan bahwa tiap umat harus beramal saleh. is pada hari sabtu, 18 april 1992, secara kebetulan saya mendengarkan kuliah subuh agama islam lewat televisi pendidikan indonesia (tpi). yang dibahas adalah soal sedekah dan zakat. pembahasnya tiga orang pakar agama yang kesemuanya berpredikat sarjana. sayangnya, saya tidak sempat mengikuti sejak awal. untungnya, pada akhir saresehan, sang pemandu membuat resume (kesimpulan singkat) dari pembahasan itu, sebagai berikut: 1. sedekah tidak bernilai (tidak berpahala) apabila tidak/belum membayar zakat. 2. sedekah dan zakat juga tidak mempunyai nilai di mata tuhan apabila yang bersangkutan tidak/belum melakukan ibadah salat dan puasa. lo, benarkah demikian? saya lalu menjadi skeptis akan kebenarannya. resume tersebut seolah-olah memaksa seseorang agar beragama islam lebih dahulu sebelum beramal soleh. lalu bagaimana nasib umat nonislam yang telah dan akan menafkahkan sebagian dari tenaga, pikiran, dan harta bendanya untuk kepentingan masyarakat atau badan-badan sosial yang memerlukannya (yatim piatu, orang jompo, rumah sakit, dan lain-lain). sia-siakah usaha bob geldhoff yang berupaya menolong meringankan penderitaan dan kelaparan rakyat sudan dan etiopia lewat penjualan lagu-lagunya? sia-siakah pengorbanan howard hudges atau henry ford lewat ifoundationrnya yang telah merelakan sebagian dari harta kekayaannya untuk keperluan kemanusiaan, sosial budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain? saya sendiri kadang-kadang bertanya, siapa sebenarnya yang patut mendapat pahala. bob geldhoff, howard hudges, henry ford, atau orang-orang yang bersimbah petrodolar tetapi hanya plorak-plorok melihat kelaparan dan penderitaan rakyat sudan dan etiopia yang berada di muka hidungnya. kalau demikian halnya, bagaimana prinsip ukhuwah diniyah dan ukhuwah insaniyah di kalangan umat islam. bukankah resume yang dibuat pakar islam itu berlawanan dengan firman tuhan dalam surat al baqarah ayat 62 yang berbunyi sbb: sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani, dan orang-orang shabiin (yaitu orang-orang yang tidak termasuk dalam tiga golongan tersebut) dan siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada allah, hari kemudian dan beramal soleh, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka. tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati". ayat tersebut juga dipertegas dengan firman tuhan dalam surat al baqarah ayat 148 yang berbunyi sbb: "(dan bagi tiaptiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. maka oleh karena itu berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan." dan seterusnya.) tentunya yang dimaksud dengan tiap-tiap umat itu adalah seluruh umat di dunia ini dan bukannya umat tertentu. di dunia kita mengenal umat islam, umat kristen, umat hindu, umat budha, umat khong hu cu, umat zoroaster, dan lainlain. semuanya bertauhid, yaitu sesuai dengan butir satu pancasila: percaya kepada tuhan yang maha esa. jika di antara mereka terjadi skisma atau perpecahan di dalam agama, ya jangan dipakai sebagai tolok ukur. mereka itu semua berlomba untuk berbuat amal saleh di dunia ini. masa iya tidak dinilai segala upayanya yang baik itu. saya heran, mengapa surat al baqarah ayat 62 dan 148 yang cukup obyektif tersebut kok tidak pernah dibahas dan diperkenalkan kepada anak didik kaum muslimin. padahal, menyembunyikan ayat-ayat tuhan itu haram dan berdosa hukumnya. (lihat surat al baqarah ayat 174). dan anehnya, mengapa para pemuka agama cenderung suka menyuguhkan ayat-ayat yang memberatkan dan menakutkan kepada umatnya. sedangkan tuhan itu bersifat pemurah, penyayang, pengasih, pengampun, serta tidak akan memberi beban kepada manusia, kecuali sesuai dengan kemampuannya. dengan tulisan yang singkat ini, saya mengharapkan reaksi atau penjelasan yang obyektif dan tidak direkayasa/ibid'ahr dari pakar agama lewat majalah tempo ini. moecharor jalan kelapa hijau v/11b jakarta 14240

arsip tempo : 171403171191.

. tempo : 171403171191.
...

Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.

Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini

PILIHAN TERBAIK

Rp 54.945/Bulan

Aktif langsung 12 bulan, Rp 659.340

  • *Anda hemat -Rp 102.000
  • *Dijamin update hingga 52 edisi Majalah Tempo

Rp 64.380/Bulan

Aktif setiap bulan, batalkan kapan saja

  • *GRATIS untuk bulan pertama jika menggunakan Kartu Kredit

Lihat Paket Lainnya

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 21 April 2024

  • 14 April 2024

  • 7 April 2024

  • 31 Maret 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan