Mata, Mata, dan Mata
Senin, 20 Oktober 2008

S. MALELA Mahargasarie punya mimpi menjelang Tempo terbit kembali. Empat tahun dibekap rezim, Juni 1994-Oktober 1998, haruslah ditandai dengan gebrakan fenomenal. ”Majalah ini harus tampil dengan sampul simbolis, mata yang menitikkan air,” kata Malela, 49 tahun, ketika itu Redaktur Kreatif Tempo. ”Saya bermimpi jalanan Jakarta penuh dengan mata, mata, dan mata.”
Tibalah hari itu, 6 Oktober 1998. Tempo terbit kembali dengan laporan utama
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini