Lebih Kalem dengan Pewarna Alami
Tangan Darsino tak berhenti mengucek. Sesekali pemuda 26 tahun ini meniriskan kain batik, lalu ia rendam lagi. Ia sedang memberi warna. "Pewarnaan alami bisa butuh waktu dua hari," kata pembuat batik asal Desa Maos Kidul, Kecamatan Maos, Cilacap, itu Selasa pekan lalu.
Siang itu ia sedang merampungkan kelir batik dengan pewarna alami. Batik jenis ini jarang peminat karena harganya mahal. Darsino memanfaatkan kulit kayu, jerami, dedaunan, dan rumpu
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini