maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

PLN

Sukses Petani Buah Naga Banyuwangi Berkat Listrik PLN

Kemudahan jaringan listrik dan penerapan electrifying agriculture meningkatkan omzet para petani buah naga di Banyuwangi.

arsip tempo : 171162741873.

Program Electrifying Agriculture yang digagas PLN sukses mendukung peningkatan produktivitas petani buah naga di Banyuwangi.. tempo : 171162741873.

PT PLN (Persero) sukses mendukung peningkatan produktivitas petani buah naga melalui program electrifying agriculture. Kelompok Petani Buah Naga (Panaba) Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi salah satu kelompok petani yang merasakan manfaat program ini.

Keberhasilan para petani buah naga di Banyuwangi ini tidak terlepas dari peran Edy Purwoko, Ketua Panaba yang menginisiasi penerapan electrifying agriculture kepada rekan-rekannya. Edy rutin mengedukasi para petani memanfaatkan penggunaan lampu untuk meningkatkan produktivitas buah naga.

Kegigihan dan komitmen meningkatkan produktivitas pertanian, membuahkan hasil. Edy diganjar penghargaan Electrifying Heroes Silver Apreciation dalam ajang penghargaan Wirausaha Tangguh 2021 yang digelar PLN.

Edy merupakan salah satu generasi awal petani di Banyuwangi yang membudidayakan buah naga. Dari penuturannya, tanaman buah naga masuk sekitar 2009.

Perlahan namun pasti, segar dan ranumnya buah naga mulai membuat kesengsem masyarakat. Namun, di saat permintaan terus tumbuh, produktivitas tanaman buah naga masih rendah sehingga tidak bisa memenuhi permintaan pasar.

Bertahun-tahun membudidayakan buah naga, Edy dan beberapa petani lain menemukan satu fenomena, tanaman buah naga yang berdekatan dengan lampu lebih produktif dan kerap berbuah di luar musim. Entah itu lampu di teras rumah, pekarangan, maupun lampu penerangan jalan.

Dari temuannya tersebut, 2014 Edy dan sejumlah petani melakukan percobaan pada 2014. Mereka memasang lampu di kebun-kebun yang berdekatan dengan aliran listrik. "Terbukti, terang lampu itu meningkatkan produktivitas tanaman buah naga. Di antaranya, memperpanjang durasi masa panen," papar Edy.

Alhasil, produktivitas buah naga meningkat dari 14 ton menjadi 26 ton per hektare. Pendapatan bertambah dari Rp 42 juta menjadi Rp 390 juta per hektare per tahun. "Ini termasuk buah naga yang berbuah di luar musim, dengan harga rata-rata tahunan Rp 10 ribu per kilogram," kata Edy.

Melihat percobaannya sukses, petani lain pun mulai memasang lampu di kebun yang jauh dari aliran listrik PLN, meski mahal. Sebab, lampu di kebun terbukti meningkatkan produktivitas nyaris dua kali lipat, dan tak kalah pentingnya, berbuah di luar musim sehingga harganya tinggi.

“Petani di Banyuwangi itu dikenal sebagai petani wani, pemberani. Berani modal asal hasilnya setimpal. Di kampung saya ini ada empat gardu induk, itu khusus untuk penerangan lampu di kebun,” ujarnya.

Edy kini memiliki tujuh hektare lahan buah naga. Enam hektare di antaranya telah menerapkan penerangan lampu secara intensif. Hasil penjualan per tahun mencapai miliaran rupiah. 

Melihat antusiasme petani untuk menerapkan electrifying agriculture, PLN merespons dengan memasang jaringan khusus untuk para petani. Berawal dari Kecamatan Purwokarjo, intensifikasi pertanian buah naga itu kemudian berkembang hingga ke kecamatan lain dan terus meluas hingga saat ini.

Pembangunan jaringan disusul dengan penerapan electrifying agriculture lainnya, seperti pengairan. Sebelumnya, petani menggunakan mesin pompa air berbahan bakar diesel sehingga kebutuhan biayanya cukup tinggi yaitu sekitar Rp 8,9 juta per bulan. “Kini setelah menggunakan listrik PLN, biaya yang dikeluarkan hanya Rp 4,6 juta per bulan," kata dia. 

Edy menambahkan migrasi alat pertanian ini membuat petani lebih hemat dan tetap produktif. Kini, total produksi buah naga di Banyuwangi meningkat dari 19.068 ton menjadi 98.436 ton per tahun. "Kami berharap kolaborasi PLN dan para petani tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi semakin erat dan menguntungkan karena membuat petani maju dan sejahtera," ujarnya.

Saat ini, Edy rutin memberikan pembinaan terkait bagaimana cara meningkatkan produktivitas buah naga. Seperti cara merawat tanaman buah naga maupun cara menggunakan lampu pada saat di luar musim.

Dia juga aktif menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan sharing session tentang pertanian buah naga. Ilmu tentang buah naga dapat tersebar luas di kalangan petani, terutama petani milenial.

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi, mengatakan PLN mendukung pengembangan sektor pertanian modern melalui electrifying agriculture. Program ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi sehingga bisa mendongkrak kesejahteraan para petani.

"Kami mendukung dengan memberi kemudahan pemasangan jaringan listrik. Kami berharap program ini juga dapat mendukung target pemerintah dalam mencapai swasembada pangan," kata Agung.

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 24 Maret 2024

  • 17 Maret 2024

  • 10 Maret 2024

  • 3 Maret 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan