Cahaya dari Balik Gunung
Jumat, 13 Oktober 2006

Pada mulanya adalah angan-angan. Dari dalam bilik kayu di lantai dua yang sepi, angin gunung di Puncak Gunung Halimun, Sukabumi, berdesis. Di rumah terpencil tadi, A’ad, petani asal Kampung Ciganas di Gunung Halimun, mulai merealisasi khayalannya: menjadi penyiar radio.
”Wilujeng wengi kanggo para pamiarsa (selamat malam, Pemirsa),” suaranya bergetar. Sembari menyerocos di depan mikrofon, dia sibuk memainkan tetikus (mouse) dan memandangi
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini