Mengenang Leon Agusta

KITA hanya melihat layar hitam. Lalu ada suara Paul Agusta di latar belakang. Dengan lembut, ia menyitir sajak demi sajak karangan ayahnya, Leon Agusta, semasa hidup. Tanpa visualisasi gambar, larik-larik puisi Leon justru jadi lebih bersuara dan meninggalkan gema. Yang paling kuat, sajak yang dibacakan Paul pada pengujung film: Akankah esok masih datang pagi/ Membawa salam/ Dari nama yang terabaikan?/ Semua sudah dimaafkan/ Sebab kita pernah bahagia
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini