Ondel-ondel
Ondel-ondel, yang dulu konon mengiringi acara para bangsawan Jayakarta, kini menjadi bagian hidup orang yang tak berpunya yang sadar dirinya tak sedang berada di panggung.
HAMPIR tiap sore, saya melihat sesosok ondel-ondel menyusuri jalanan Jakarta Selatan yang berisik. Tinggi dua setengah meter, tambun dengan ukuran pinggang 80 senti, berwajah besar merah atau putih mencolok, ia mudah dilihat dari kejauhan. Melangkah seperti raksasa tipsi sehabis menenggak tuak, ia bergerak minimal, kaku tapi konstan, diiringi musik rekaman tanjidor yang ramai tapi sayu. Pengeras suara yang diletakkan di kereta kecil yang mengirin
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini