Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 itu, entitas yang saat itu menyebut diri “kami, bangsa Indonesia” sebenarnya baru sebuah harapan—mungkin imajinasi, mungkin juga waham.
KETIKA Chairil Anwar menulis,
Aku mau bebas dari segala
Merdeka
Juga dari Ida
Ia pasti tahu—atau segera akan tahu—yang dikehendakinya mustahil. Di tengah dunia yang menyimpan endapan sejarah, seorang penyair paling liar pun tak akan bisa “bebas dari segala”.
Katakanlah ia tak percaya kepada suratan nasib, tak peduli kepada norma di sekeliling. Tapi tetap: ia berkutat dalam “penjara bahasa&rd
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini