Fiksi
Orang umumnya lupa bahwa sebutan-sebutan itu sebenarnya diwujudkan sebagai kombinasi antara “seakan-akan” dan “seyogianya”.
Dalam Wedhatama, misalnya. Kitab, yang di abad ke-19 digubah dan dipergunakan untuk mengajari para ningrat muda di Surakarta, itu menyebut “sarehne sira jawi”, (“karena kau pemuda Jawa…”). Jelas, yang tersirat di sana adalah sebuah statemen normatif: “jawa
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini