Anomi dan Anomali
Kasijanto Sastrodinomo*
TIBA-TIBA hujan luruh pada siang yang terik itu. "Heran, semestinya sekarang kemarau," ujar seorang perempuan berpenampilan chick di lobi sebuah gedung perkantoran di Jakarta. Lelaki berdasi yang berdiri di sebelahnya menyahut, "Kan, anomi cuaca." Bukan anomi, melainkan anomali-perempuan itu mengoreksi ucapan teman bicaranya. Si teman pun mengangguk. Ia berkilah sengaja memendekkan anomali jadi anomi sebagai bahasa obrolan ya
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini