Di Balik Sebuah Kata Kontet
Putu Wijaya
Pada 1971 saya mengikuti sayembara penulisan lakon Dewan Kesenian Jakarta, dengan menulis lakon berjudul Aduh. Itu merupakan spekulasi yang berisiko tinggi, karena umumnya judul yang laris saat itu yang puitis. Bersamaan dengan itu, saya juga menulis novel Telegram dan Pabrik untuk sayembara yang juga digelar oleh Dewan Kesenian Jakarta.
Saya beruntung karena Aduh, Telegram, dan Pabrik menang. Itu membuat saya kemudian bera
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini