Daripada UU Kebahasaan
Bambang Bujono
PEMBACAAN cerita silat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, mengingatkan kembali betapa bahasa Melayu Betawi memperkaya bahasa Indonesia. Dulu, pada tahun 1960-an atau sebelumnya, oleh guru-guru bahasa Indonesia (terutama di daerah yang tak begitu mengenal dialek Betawi) bahasa cerita silat ini dikecam sebagai ”bahasa yang merusak”. Misalnya mendusin, mengegos, melengak, ngambul, mengaung, menyampok, molos, dan pelabi.
A
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini