maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Amoroso Katamsi belum berhenti berteater. Meski jalannya tertatih, ia masih mampu berakting dalam pentas monolog bertajuk Meniti 77, Mengalir dalam Kehidupan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat dan Sabtu dua pekan lalu. Di usianya yang akan memasuki 77 tahun pada Oktober nanti, dia lancar membawakan monolog karya Putu Wijaya berjudul Hero. "Saya kangen naik panggung lagi," katanya.
Dunia teater telah digeluti Amoroso sejak 1961, saat dia menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pria kelahiran Jakarta, 21 Oktober 1938, ini mengawalinya dengan masuk kelompok teater pimpinan W.S. Rendra, Studi Grup Drama Jogja. "Tahun 1990-an saya pentas bersama Teater Kecil (sutradara Arifin C. Noer) membawakan lakon Sumur tanpa Dasar," ujarnya. "Itu terakhir saya naik panggung."
Dunia Amoroso bisa dibilang unik. Selain sebagai aktor, di masa aktifnya ia dikenal sebagai dokter dan perwira militer sekaligus. Kehidupan seniman dan militernya bisa dijalaninya tanpa berbenturan. Senin sore itu, kepada Seno Joko Suyono, Subkhan, dan Nurdin Kalim dari Tempo di rumahnya di Perumahan Margahayu Jaya, Bekasi Timur, Jawa Barat, ia mengenang perjalanan teater dan karier kemiliterannya.
Hubungan Presiden Jokowi-Megawati beberapa kali naik dan turun, dari persoalan posisi menteri hingga deklarasi capres PDIP. Alih-alih mendukung Ganjar Pranowo, Jokowi justru kian condong menyokong Prabowo Subianto. Benarkah karena tersulut perjanjian Batu Tulis?
Keinginan untuk cawe-cawe dalam Pemilu 2024 tidak seharusnya terlontar dari Presiden Joko Widodo. Sebagai seorang presiden dan kepala pemerintahan, pernyataan semacam itu dapat disalahartikan oleh bawahan dan pengikutnya. Pernyataan tersebut berpotensi menimbulkan wasangka bahwa Pemilu 2024 akan berlangsung tidak jujur dan tidak adil.
Dalih presiden melakukan cawe-cawe demi bangsa dan negara juga mengabaikan prinsip demokrasi yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat. Jokowi sepertinya lupa bahwa bukan dirinya yang menentukan baik-buruknya presiden pengganti, melainkan rakyatlah yang menentukan lewat pemilihan yang transparan dan akuntabel.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.