maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Parlindoengan Loebis (1910-1994) seorang dokter, dan dalam otobiografinya, Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi, ia menolak bercerita tentang orang-orang yang menangis. “Aku harus siap untuk ditawan beberapa tahun. Itu pun kalau aku tidak terbunuh. Untuk dapat survive dalam kamp berlama-lama, aku harus mempunyai hati yang keras dan tanpa rasa, seperti batu,” katanya.
Tempo menuliskannya, menukilkan buku itu untuk Anda. Juga kenang-kenangan dari beberapa orang yang pernah bersentuhan langsung kepadanya.
Tan Khoen Swie adalah penerbit legendaris awal abad ke-20. Kontribusinya dalam menyebarluaskan berbagai serat karya-karya sastrawan istana maupun guru kebatinan Jawa ke masyarakat luas amat besar. Kini, penerbit ini tinggal legenda. Tapi para ahli warisnya masih menyimpan ”harta karun”, aneka macam buku miliknya. Penerbitan Babad Kadhiri ini dimaksudkan sebagai langkah awal untuk membongkar kembali naskah yang jumlahnya segunung dan terancam di-serang rayap itu.
Siapa saja yang masih melanjutkan tradisi berhikayat ini? Mengapa tak ada lagi komunitas tukang obat keliling yang pada 1970-an berperan penting mempopulerkan hikayat lama Aceh? Tempo menuliskannya untuk Anda.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.