maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Pram bagian dari sebuah gelombang besar: 13 ribu tahanan yang berangkat ke Pulau Buru sejak 1969, dan pulang pada 1979. Pulau Buru pulau terbesar ketiga di Maluku, dengan kamp konsentrasi meliputi sepertiga pulau. Tefaat Buru, singkatan dari Tempat Pemanfaatan Buru, nama kamp raksasa itu disebut pertama kali.
Majalah ini berusaha merekam sejumlah kesaksian rekan-rekan Pram di Pulau Buru: bagaimana Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca dihasilkan dalam suasana serba terbatas itu? Bagaimana ia mempertahankan semangat hidupnya? Bagaimana Pram yang tegar itu menyimpan sejumlah kelemahan: sok tahu, cepat mengetahui kesalahannya tapi tak cepat minta maaf, dan seterusnya.
Di Indonesia, Sosrokartono mendirikan sekolah dan perpustakaan. Ia juga membuka rumah pengobatan. Tempo menelusuri jejak sang intelektual dan spiritualis ini dari orang-orang yang pernah bersinggungan dengannya juga dari berbagai buku, termasuk surat-surat Kartini dan adik-adiknya, dan dari naskah pidatonya yang masih tersimpan di Leiden.
Di tangan penulis Isabel Allende, Zorro keluar dari stereotip itu. Lewat Zorro: A Novel, yang terbit menjelang peluncuran film The Legend of Zorro yang dibintangi Antonio Banderas, pengarang The House of the Spirits ini meniupkan ”roh” suku Indian dalam cerita Zorro.
Tempo menuliskan tafsir baru kisah pahlawan rakyat tertindas di California pada 1800-1850 itu untuk Anda.
Kisah Mahesa Jenar dalam Nagasasra dan Sabuk Inten karya S.H. Mintardja awalnya dimuat bersambung di harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta pada 1966. Kini, cerita bersambung itu diterbitkan kembali dalam edisi luks 3 jilid. Mahesa Jenar, tokoh fiktif yang mengembara dan bertarung dengan golongan hitam memperebutkan sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten, pernah dianggap benarbenar ada dalam sejarah.
Cerita silat Jawa, seperti juga cerita silat Cina, adalah genre ”sastra rakyat” yang sering dilupakan oleh para kritikus sastra, tapi melekat di hati pembaca. Tempo menuliskannya untuk Anda.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.