maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Kapal Nanggala-402 disebut-sebut tak siap mengikuti latihan perang. Berbagai masalah menimpa kapal selam berusia 40 tahun itu sebelum tenggelam. Angkatan Laut mengklaim Nanggala sehat dan menjalani perawatan berkala.
Musikus kawakan Candra Nazarudin Darusman kembali terlibat dalam upaya memperjuangkan kesejahteraan musikus dan pencipta lagu. Sebagai Ketua Umum Federasi Serikat Musisi Indonesia (Fesmi), ia diajak pemerintah ikut merumuskan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang pengelolaan royalti hak cipta lagu dan musik. Peraturan yang diteken Presiden Joko Widodo pada 30 Maret lalu itu tidak hanya mengatur pihak-pihak yang wajib membayar royalti, tapi juga menjadi dasar pembuatan pusat data serta sistem informasi lagu dan musik. Sebelum memimpin Fesmi sejak 2019, Candra pernah didapuk sebagai perwakilan Indonesia di World Intellectual Property Organization selama 18 tahun. Ia bertugas di Jenewa, Swiss; dan Singapura masing-masing selama sembilan tahun. Puluhan tahun bergerak dalam penegakan hak kekayaan intelektual, Candra bertekad memperbaiki kehidupan para musikus dan pencipta lagu, antara lain dengan memperbaiki tata kelola royalti. Era digital menyuguhkan medan pertempuran baru bagi Candra dan para sejawatnya.
MASIH berkaitan dengan peringatan Hari Kartini, 21 April lalu, Tempo menuliskan riwayat dua penulis perempuan yang dilupakan: S. Rukiah Kertapati dan Sugiarti Siswadi. Mereka dianggap terlibat dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat, yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Nama mereka hilang sejak peristiwa 1965. Seusai prahara itu, Rukiah sempat ditahan. Ia kemudian memilih bekerja di sebuah klinik di kota kecil Purwakarta, Jawa Barat. Ia melupakan semua riwayat kepenulisannya sampai akhir hayatnya. Sedangkan Sugiarti tak diketahui rimbanya sama sekali. Nama keduanya tak tertoreh dengan baik dalam sejarah sastra kita.
PADA 25 April 2021, seekor paus terdampar di perairan Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Ini adalah kasus kelima paus mati terdampar sepanjang April. Kasus terbesar terjadi pada pertengahan Februari lalu saat 52 paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) terdampar di pesisir Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan dan pencemaran laut memicu kematian mamalia laut ini.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan setiap tahun terdapat 1,4 miliar ton limbah makanan secara global. Mengolah limbah makanan menjadi kompos efeknya setara dengan mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya yang menghasilkan emisi karbon dioksida. Kita bisa membuat kompos di rumah dengan bantuan peralatan berikut ini.
Tapi “dunia Melayu” di dalam novel ini bukan sebuah dunia yang tertutup dengan dasar yang kedap. Setidaknya, dalam novel ini, dunia yang seperti itu tak jadi “warna lokal”. Biasanya, dalam kritik sastra, yang disebut “warna lokal” adalah sesuatu yang bisa diidentifikasikan—karena utuh, homogen, dan distingtif: deskripsi lanskap, adat istiadat, dan dialek setempat dalam cerita.
Korupsi proyek menara BTS 4G yang menjerat Johnny G. Plate berpotensi merugikan negara hingga Rp 8 triliun. Ditilik dari banyak sisi, kasus proyek BTS Kominfo adalah contoh sempurna korupsi “state capture”--korupsi sistemik yang terjadi ketika kepentingan swasta memengaruhi pembuatan kebijakan demi keuntungan segelintir orang alias berkomplot menggarong uang negara.
Duit korupsi ditengarai mengalir ke sejumlah pengusaha hingga partai politik. Johnny harus berani "menggigit" pihak yang menikmati duit korupsi menara BTS. Sementara itu, kita bolehlah bertepuk tangan. Saatnya menonton “gajah-gajah” besar bertarung sembari memastikan jangan sampai ada “pelanduk” yang menjadi korban.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.