maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke [email protected].
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo pernah berjaya pada zamannya. Saat kebanyakan penulis cerita silat Indonesia menyadur kisah pengarang Cina pada 1950-an, Kho Ping Hoo menyusun sendiri lakonnya. Lahir di Sragen, 95 tahun lalu, Kho Ping Hoo muda mulai menulis karena kondisi ekonomi. Sebagai pengarang ia produktif. Tercatat ada ratusan judul yang ia lahirkan, sebagian di antaranya berlatar Cina dan sisanya Indonesia. Bu Kek Siansu menjadi salah satu yang fenomenal. Terdiri atas 24 jilid, buku itu masih menyihir penggemarnya hingga kini karena plot ceritanya yang menarik dan sarat filosofi. Karyanya yang lain juga populer, walau sejumlah muatan sejarah dan geografis tentang Cina di bukunya disebut-sebut meleset dari fakta. Namun para pembaca “mengampuni” hal itu karena bagaimanapun tulisan Kho Ping Hoo hanyalah fiksi. Untuk mengenang lelaki yang wafat pada 1994 itu, Roemah Bhinneka pada 15 Maret 2021 menggelar diskusi secara daring. Dalam diskusi, lahir gagasan untuk memperkenalkan lagi Kho Ping Hoo kepada para pembaca belia.
KETIDAKADILAN dialami Nawal El Saadawi sebagai perempuan sejak napas pertamanya. Di Desa Katr Tahla, tempat dia lahir pada 27 Oktober 1931, kehadiran anak perempuan dianggap sebagai dosa dan kemalangan, sementara kelahiran anak laki-laki patut dirayakan. Yang paling traumatis baginya adalah pengalaman saat secuil daging klitorisnya diambil dalam sunat perempuan. Dia menjadi pejuang hak perempuan yang bersuara paling lantang melawan patriarki dan penindasan terhadap perempuan. Buku-bukunya yang sebagian besar berlatar belakang di Mesir dapat dibaca sebagai permasalahan universal. Gelombang perjuangannya menyentuh para perempuan di sudut-sudut lain dunia, tak terkecuali di Indonesia. Saadawi wafat pada 21 Maret 2021, meninggalkan jejak dalam gerakan perempuan dan hak asasi manusia di seluruh dunia.
Nama sastrawan angkatan Pujangga Baru, Sanusi Pane, tak banyak diingat dalam kajian sejarah Kongres Pemuda. Padahal, dalam kongres pertama, dia bersama Mohammad Tabrani berperan dalam mengusung istilah nahasa Indonesia ketimbang bahasa Melayu yang diusulkan Mohammad Yamin. Sanusi juga mencetuskan ide pendirian institut dan perguruan tinggi kesusastraan Indonesia dalam Kongres Bahasa Indonesia Pertama. Untuk kiprahnya itu, Sanusi Pane diusulkan menjadi pahlawan nasional.
ORANG-ORANG Bloomington tahun ini “pulang kampung” ke Amerika Serikat. Rencananya, kumpulan cerita pendek karya Budi Darma itu akan diterbitkan oleh Penguin Classics, salah satu lini penerbit terkenal dan prestisius Penguin Random House, untuk diedarkan di Amerika Serikat dan Kanada. Orang-orang Bloomington menjadi buku Indonesia pertama yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penguin Classics, yang juga merilis karya-karya penulis legendaris, dari Arthur Conan Doyle, Charles Dickens, hingga William Shakespeare.
Terbit perdana pada 1980, Orang-orang Bloomington sudah berulang kali berganti penerbit. Terakhir, pada 2015, Noura Publishing mencetak ulang buku tersebut. Pada 2016, buku itu memikat Tiffany Tsao, dosen dan penulis yang belakangan menjadi penerjemahnya. Noura Publishing, mewakili Budi Darma, lantas menandatangani kontrak dengan Penguin Classics melalui perantara agen literasi Jacaranda pada pengujung 2020.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.