maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Kepulangan Rizieq Syihab membuat pemerintah kalang-kabut. Presiden Joko Widodo disebut-sebut berang terhadap pembiaran kerumunan yang melibatkan pentolan Front Pembela Islam itu. Ia menegur anak buahnya yang dianggap tidak memberikan data valid dan tak mampu mencegah kerumunan. Tentara Nasional Indonesia meresponsnya dengan menyiagakan pasukan tempur dan menurunkan atribut Rizieq.
MESKI tak lagi menjabat wakil presiden, Muhammad Jusuf Kalla tetap sibuk dengan berbagai kegiatan. Ia belum lama ini melawat ke Vatikan untuk bertemu dengan pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus. Sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia dan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Kalla juga sering berkeliling Indonesia untuk mengunjungi markas dan pengurus wilayah kedua organisasi itu. Walaupun agendanya padat, Kalla tak melepaskan perhatiannya dari perkembangan peristiwa terhangat di Tanah Air. Kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam, Muhammad Rizieq Syihab, menjadi salah satu isu yang menyedot atensinya. Selain menyoroti kerumunan massa pendukung yang menyulut reaksi pro-kontra di tengah pandemi, Kalla menilai kembalinya Rizieq yang disambut gegap-gempita menggambarkan adanya kekosongan kepemimpinan Islam saat ini. Rizieq, kata dia, tidak hanya membuat pemerintah gamang bersikap. Kalla juga mengkritik partai-partai politik dan organisasi massa berhaluan Islam moderat yang gagal melahirkan figur pemimpin alternatif.
Profesi diplomat menyuguhkan pengalaman hidup yang menarik. Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Inggris dan Irlandia Desra Percaya pernah bekerja menjadi petugas kebersihan saat menjalani tugas kuliah di Inggris. Adapun Wahid Supriyadi membukukan kisah-kisah unik yang dialaminya selama bertugas di Australia, Uni Emirat Arab, dan Rusia.
SELAMA lebih dari satu abad, riwayat jagoan Betawi, Si Pitung, telah diceritakan turun-temurun dan berkembang menjadi percampuran fakta dan mitos. Yang terbaru, Abdul Chaer menulis tentang ragam versi cerita Si Pitung dan menyangkal narasi yang paling lari dari kebenaran.
Peringatan Hari Guru Nasional ke-75 pada 25 November ini mengangkat tema "Bangkitkan Semangat, Wujudkan Merdeka Belajar". Tema tersebut dipilih agar semangat belajar-mengajar tetap menyala di tengah pandemi Covid-19. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan program Guru Belajar Seri Masa Pandemi COVID-19 di situs gurubelajar.kemdikbud.go.id.
Akhirnya buruh hanya elemen dalam sebuah konfigurasi, nama yang terasa berbobot karena berasosiasi dengan “dunia modern”. Ia bagian dari industri, dan industri bagian dari zaman baru, dan zaman baru itulah yang penting. Buruh bukan realitas sehari-hari; ia makhluk mithologi yang harus digambarkan sedang “timbul dari lautan zaman yang gemuruh”.
Hubungan Presiden Jokowi-Megawati beberapa kali naik dan turun, dari persoalan posisi menteri hingga deklarasi capres PDIP. Alih-alih mendukung Ganjar Pranowo, Jokowi justru kian condong menyokong Prabowo Subianto. Benarkah karena tersulut perjanjian Batu Tulis?
Keinginan untuk cawe-cawe dalam Pemilu 2024 tidak seharusnya terlontar dari Presiden Joko Widodo. Sebagai seorang presiden dan kepala pemerintahan, pernyataan semacam itu dapat disalahartikan oleh bawahan dan pengikutnya. Pernyataan tersebut berpotensi menimbulkan wasangka bahwa Pemilu 2024 akan berlangsung tidak jujur dan tidak adil.
Dalih presiden melakukan cawe-cawe demi bangsa dan negara juga mengabaikan prinsip demokrasi yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat. Jokowi sepertinya lupa bahwa bukan dirinya yang menentukan baik-buruknya presiden pengganti, melainkan rakyatlah yang menentukan lewat pemilihan yang transparan dan akuntabel.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.