Edisi Sabtu, 11 Januari 2020
BOLEH dibilang, sepanjang 2019, tak begitu banyak karya seni yang mengejutkan. Meski begitu, dunia seni Indonesia terus mengalami penyegaran dan berupaya menjelajahi wilayah estetik baru. Dalam seni pertunjukan muncul sebuah pentas wayang golek yang menampilkan kisah Don Quixote karya sastrawan Spanyol, Miguel de Cervantes. Di jagat seni rupa, ada seniman yang terus konsisten mengeksplorasi bunyi sebagai medium seninya. Lalu, di ranah sastra, para penulis muda menyuguhkan karya prosa berbentuk novelet atau novela—format novel yang ringkas tapi bila disajikan dengan terampil bisa memiliki lapisan-lapisan cerita yang dalam. Tempo mengundang para pengamat untuk menyeleksi dan mendiskusikan nomine sebelum memilihnya untuk dinobatkan sebagai karya dan tokoh seni pilihan.
Baca Selengkapnya
Laporan Khusus di Edisi Lainnya
Edisi Sabtu, 28 Desember 2019
DUA dekade setelah reformasi, mereka kembali. Mahasiswa, dengan sokongan masyarakat sipil, lagi-lagi membuktikan peran sejarah mereka sebagai suara nurani bangsa ini. Para aktivis, akademikus, seniman, dan rakyat biasa bahu-membahu memastikan teriakan massa aksi mengusik para penguasa.
Di tengah hawa politik belakangan ini yang terasa pengap oleh pengkubu-kubuan cebong versus kampret dan oligarki kekuasaan yang kian banal, aksi mahasiswa dan pelajar di belasan kota di Tanah Air, pada akhir September lalu, menjadi oasis yang memberi harapan. Mereka masih ada.
Di tengah hawa politik belakangan ini yang terasa pengap oleh pengkubu-kubuan cebong versus kampret dan oligarki kekuasaan yang kian banal, aksi mahasiswa dan pelajar di belasan kota di Tanah Air, pada akhir September lalu, menjadi oasis yang memberi harapan. Mereka masih ada.